Rabu, 18 Juni 2008

MANAJEMEN MONETER EKONOMI MAINSTREAM
Oleh : Umer Chapra

Pembahasan permintaan uang telah menjadi masalah yang kompleks dan sophisticated. Hal ini karena melibatkan beberapa variabel, diantaranya tingkat suku bunga, total transaksi, total output, pengukuran income, permananet income, kekayaan, upah, ekspektasi inflasi, perubahan undang-undang dan financial innovations. [1] Pembahasan yang akan lebih mendalam terhadap implikasi interest-based finacial intermediation pada permintaan uang dan realisasi tujuan-tujuan sosial.

Dengan kerangka model Keynes, permintaan uang mempunyai tiga maksud dan tujuan. Pertama, sebagai medium of exchange (alat pertukaran) untuk membiayai transaksi rumahtangga, perusahaan dan pemerintah akan pembelian barang-barang dan jasadari hari ke hari yang dihubungkan atas konsumsi, investasi, ekspor-impor; kemampuan ekonomi untuk menyediakan ini relatif terbatas dalam jangka pendek. Kedua, sebagai way of precautionary ( untuk jaga-jaga) untuk memuaskan kebutuhan yang tak terduga sebelumnya yang tidak mungkin seseorang dapat memprediksikannya secara tepat. Ketiga, digunakan untuk mengerahkan kesempatan (opportunity) pendapatan melalui spekulasi dalam komoditas, saham, perdagangan luar negeri dan pasar uang. Bagaimanapun, baik agen rumah tangga (household), perusahaan atau pemerintah tidak mempunyai cukup uang untuk semua tujuan ini. Mungkin beberapa dari mereka defisit dan yang lain mungkin surplus. Interaksi anatara sektor yang defisit uang dan surplus uang dengan persediaan uang menentukan tingkat suku bunga. Jadi ini mempengaruhi permintaan uang dari tiga tujuan itu[2].

Jadi, permintaan keseimbangan uang real (Md/P)ditentukan oelh total output real (Y) dan juga tingkat suku bunga (r), sebagaimana terrefleksi dibawah ini:

Md/P = f (Y,r) [3]

Md/P berubah secara langsung oleh Y, dan sebaliknya tidak berubah oleh suku bunga. Output aggregat dan tingkat suku bunga menempati tempat yang sentral dalam pembahasan permintaan uang real dalam ekonomi keynes.

Jika diperhatikan pada penawaran uang, permintaan uang yang terbesar terjadi untuk precautionary demand dan speculative demand sehingga mengakibatkan kurangnya unag yang didapatkan untuk tansactions purpose. Lebih jauh lagi luasnya transaksi permintaan uang yang mungkin sedikit sekali berhubungan dengan kebutuhan yang berkaitan konsumsi (need-related consumption) dan investasi yang produktif, lebih terlihat kepada konsumsi yang mencolok dan investasi yang tidak produktif. Oleh karena itu perlu ditekankan bahwa permintaan uang terbesar pada ekonomi yang terletak pada precautionary demand dan speculative demand dan juga konsumsi yang mencolok dan investasi yang tak produktif mengharuskan ekonomi untuk memuaskan kebutuhan uang untuk pemenuhan kebutuhan dan investasi produktif dalam sebiah cara yang non-inflationary dan untuk merealisasikan tujuan-tujuan sosial. Jika permintaan uang naik untuk semua tujuan, maka kemungkinan akan ada ketidakseimbangan makroekonomi, tingkat suku bunga real yang lebih tinggi dan tekanan inflasi. Dalam ekonomi, saving dan investment akan cenderung rendah yang ini akan membawa pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah dan tingginya pengangguran, batasan yang jelas terhadap external saving yang merupakan domestic saving . permintaan uang yang kondusif untuk merealisasikan tujuan-tujuan sosial yang dianggap efisien dan equitable dan permintaan uang yang tidak berkontribusi atau gagal untuk merealisasikan tujun tadi dianggap inessential dan unproductive dan yang terjadi kecenderungan terbesar dalam ekonomi adalah mempromosikan permintaan uang yang inessential dan unproductive. Strategi yang terbaik dalam manajemen moneter salah satunya adalah tidak hanya membuat money demand efisien dan equitable tetapi juga membawa kedalam equilibrium yang non-inflationary level pada supply uang. Karena supply uang cenderung terhadap kemudi permintaan dalam sebuah sistem moneter yang teratur yang mempunyai tantangan terbesar dalam cara permintaan uang efisien dan equitable.




[1] Dari semua variable, yang paling kontreversial adalah suku bunga. Pertanyaan inti dalam teori moneter konvensional apakah, to what extent, kuantitas permintaan uang dipengaruhi oleh perubahan suku bunga. Mungkin hanya Friedman lah yang menemukan bahwa permintaan uang insensitive terhadap suku bunga. Sedangkan Laidler (1966) mengunakan data yang sama dengan Friedman, tetapi prosedur statistik yang berbeda, menemukan bahwa permintaan uang sensitive terhadap suku bunga. Tetapi selanjutnya Friedman bersama Anna Schwartz (1982) pun mempunyai kesimpulan yang sama bahwa permintaan uang sensitive terhadap suku bunga.

[2] Dengan formulasi Keynes , hanya permintaan uang yang spekulatif lah dipengaruhi oleh tingkat suku bunga.

[3] Sebaliknya, Quantity theory of Money yang merupakan reformulasi Keynes (1956), mengatakan bahwa perubahan dalam tingkat suku bunga mempunyai efek yang kecil pada permintaan uang yang itu merupakan fungsi Y.

Tidak ada komentar: